Kopi Empat Lawang
|
Pada masa penjajahan Hindia Belanda (sekitar 1870-1900), Tebing Tinggi memegang peran penting sebagai wilayah administratif (onderafdeeling) dan lalu lintas ekonomi karena letaknya yang strategis. Tebing Tinggi pernah diusulkan menjadi ibukota keresidenan saat Belanda berencana membentuk Keresidenan Sumatera Selatan (Zuid Sumatera) tahun 1870-an yang meliputi Lampung, Jambi dan Palembang. Tebing Tinggi dinilai strategis untuk menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam, Pasemah dan daerah perbatasan dengan Bengkulu. Rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan, yaitu Sumatera.
Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), Onderafdeeling Tebing Tinggi berganti nama menjadi wilayah kewedanaan dan akhirnya pada masa kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah sekaligus ibu kota bagi Kabupaten Empat Lawang.
Kopi dapat dikatakan menjadi maskot Kabupaten Empat Lawang. Jajaran pegawai negeri di sana bahkan sering memakai batik dengan ornamen kopi sebagai salah satu motifnya.
Kopi dapat dikatakan menjadi maskot Kabupaten Empat Lawang. Jajaran pegawai negeri di sana bahkan sering memakai batik dengan ornamen kopi sebagai salah satu motifnya.
Sebab kopi memang menjadi komoditi utama daerah hasil pemekaran dengan Kabupaten Lahat ini. Statistik menunjukkan, luas areal perkebunan di Empat Lawang mencapai 71.718,25 hektar atau sekitar 32 persen dari luas wilayah kabupaten. Dari total luas tersebut, areal perkebunan kopi meliputi 737,5 hektar dengan produksinya yang mencapai 1.178,5 ton.
Pemerintah setempat mempunyai beberapa program untuk mendukung produksi kopi ini. Di antaranya adalah kegiatan rejuvisasi kopi atau sambung pucuk, pengembangan kopi organik, peningkatan penghasilan pasca panen, petik masak, pembibitan kopi unggul, dan lain-lain.
Selain itu beberapa penduduk setempat juga memanfaatkan biji kopi semaksimal mungkin. Selain dijadikan kopi, penduduk rajin memuat souvenir khas Empat Lawang dengan kayu kopi hasil peremajaan. Di samping itu, terdapat juga tempat tisu yang dibuat dari daun kopi.
Pemerintah setempat mempunyai beberapa program untuk mendukung produksi kopi ini. Di antaranya adalah kegiatan rejuvisasi kopi atau sambung pucuk, pengembangan kopi organik, peningkatan penghasilan pasca panen, petik masak, pembibitan kopi unggul, dan lain-lain.
Selain itu beberapa penduduk setempat juga memanfaatkan biji kopi semaksimal mungkin. Selain dijadikan kopi, penduduk rajin memuat souvenir khas Empat Lawang dengan kayu kopi hasil peremajaan. Di samping itu, terdapat juga tempat tisu yang dibuat dari daun kopi.

Dengan total produksi yang cukup besar, kopi Empat Lawang dapat menjadi potensi kekayaan daerah yang bisa terus dikembangkan. Alur distribusi yang aman, produksi yang besar, harga yang stabil dan keamanan para petani kopi sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas dan ketenaran kopi Empat Lawang.
sumber:
No comments:
Post a Comment