Breaking News
recent

Bakoel Koffie (sekitar 1870), Kedai Kopi Pertama di Indonesia

Berdasarkan wikipedia, Bakoel Koffie dianggap sebagai kedai kopi lokal tertua. Walau ini menurut penulis masih belum final, tapi hal ini bisa dijadikan rintisan awal sebagai acuan dalam menelusuri Kedai Kopi pertama di Indonesia. BACK HOME...
Mengenai pendiriannya, situs resmi ,www.bakoelkoffie.com , menyebutkan bahwa kedai kopi ini berdiri sekitar tahun 1870 an di Batavia.
Sejarah Bakoel Koffie dimulai ketika seorang imigran dari Cina Selatan, tepatnya Guangdong, yang bernama Liaw Tek Sun (Liau Tek Siong) dan istrinya yang merupakan pendudukan Indonesia asli, mendirikan sebuah warung nasi. Berlokasi di Molenvliet Oost (sekarang Jalan Hayam Wuruk 56/57), warung nasi tersebut ramai dikunjungi oleh pengayuh becak. Dikarenakan letak warung tersebut yang lebih tinggi daripada daerah sekitarnya, maka warga lebih sering mengenalnya dengan sebutan "Warung Tinggi". Sejak tahun 1987, tamu-tamu yang datang lebih menyukai kopi yang dijual Liaw Tek Sun dibandingkan masakan di warung tersebut. 
Sejak lama, Liaw Tek Sun membeli biji kopi dari seorang wanita yang membawanya dengan bakul. Liaw Tek Sun menggunakan kayu bakar untuk memanggang biji kopi tersebut dan menyeduhnya untuk para tamu.
Pada tahun 1927, Liaw Tek Sun mendirikan pabrik kopi pertama di Weltevreden yang dinamakan Tek Sun Ho, Eerstee Weltrever-denschee Koffiebranderij. Dua tahun kemudian, dia menyerahkan usaha keluarga tersebut ke anaknya Wudjan Widjaja (Liauw Sim Yao). Para pelanggan toko kopi ini telah meluas, tidak hanya penduduk lokal dan Tionghoa, tetapi juga orang Belanda, Arab, dan Jepang.
Pada tahun 1930, Bakoel Koffie pertama kali mengekspor bubuk kopi ke Belanda dan pelanggan dapat memesan campuran biji robusta dan arabika. Ketika Tek Sun Ho merayakan ulang tahun ke-60 (tahun 1938), toko tersebut telah mengembangkan metode memanggang biji kopi dengan rotating drum tetapi tetap menggunakan kayu bakar. Perayaan ulang tahun tersebut diisi dengan memberikan makanan enak kepada pengunjung dan mereka juga boleh meminum kopi sebanyak yang mereka inginkan. 
Tahun 1969, usaha kopi ini diteruskan oleh anak Wudjan Widjaja, yaitu Darmawan Widjaja. Hingga tahun 1994, Darmawan bersama ketiga saudaranya mengelola bisnis keluarga tersebut. Selanjutnya pada tahun 1970, kopi tersebut juga diekspor ke Jepang dan Timur Tengah. Pada 1972, kemasan kopi beralih dari kertas coklat menjadi alumunium foil. Pada tahun 1978, toko kopi ini menyelenggarakan perayaan ulang tahun ke 100 di Gelora Senayan, Jakarta Pusat.
Pada 2001, anak Darmawan Widjaja yaitu Syenny dan Hendra Widjaja meneruskan usaha keluarga tersebut dengan menggunakan merk Bakoel Koffie sebagai nama toko kopi, dan logo yang diperkenalkan adalah wanita berkain sarung membawa bakul bambu di kepalanya. Logo ini sedikit berbeda dengan logo Warung Tinggi, suatu toko kopi yang dikembangkan oleh Rudy Widjaja (saudara Darmawan Widjaja).
Syenny yang dulunya bekerja sebagai konsultan marketing di Unilever dan Coca-Cola berperan memasarkan produk kopi tersebut. Sedangkan Hendra yang telah dilatih oleh ayahnya sejak tahun 1986 menangani bagian produksi kopi.


Sumber: wikipedia
situs resmi Bakoel Koffie
Bhre Polo

Bhre Polo

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.